Halaman

Monday 28 March 2011

Saya ingin, di masa depan, JNE menjadi gaya hidup


Muhammad Zaenuddin
299068

Saya diajak oleh pendiri TIKI untuk mendirikan JNE pada tahun 1990. Ketika itu, tren globalisasi menggema di mana-mana. Makanya, kala JNE berdiri, kami hanya memberikan jasa layanan ke luar negeri. Adapun TIKI fokus menggarap pasar dalam negeri.

Sayang, kala itu, kami tidak sanggup bersaing dengan para pemain asing. Akhirnya, kami fokus menggarap pasar impor dengan menampung semua barang dari luar negeri ke dalam negeri lewat jaringan TIKI. Ternyata, klien kami dari luar negeri meminta kami juga menangani jaringan secara langsung, tanpa melibatkan pihak ketiga. Perlahan, JNE pun fokus membangun jaringan sendiri dan lepas dari TIKI.
Lambat laun, JNE menggarap pasar dalam negeri dan bersaing dengan TIKI. Karena pada dasarnya masih sister company, kami mencoba melakukan inovasi dengan memberikan layanan berbeda dengan TIKI. Salah satunya dengan penambahan di beberapa layanan dan standar kualitas.
Pada awalnya, langkah ini sulit. Kesan yang kami tangkap, masyarakat menganggap layanan JNE lebih mahal dari lainnya. Ini karena segmen yang kami bidik adalah segmen premium.

Kesulitan utama sejatinya ada pada brand atau merek JNE dan TIKI. Makanya, tahun 2000, kami melakukan rebranding dengan mengubah logo Tiki JNE dan cuma mencantumkan nama JNE saja.
Hal ini juga dibarengi dengan pengembangan produk dan layanan yang berbeda dengan TIKI. Misalnya, kami menyediakan jasa kurir, logistik, money remittance, hingga jasa kargo.

Sebagai sister company, secara etika bisnis, kami tidak boleh beradu harga dan layanan dengan TIKI. Namun, saya bersyukur karena industri pengiriman berkembang dan pasarnya ikut membesar.
Dengan begitu, kami tidak harus memaksa untuk berebut pasar. Awalnya, memang sulit. Tapi, perlahan kami menemukan banyak layanan baru yang tidak terpikir sebelumnya.

Dari tahun ke tahun, pertumbuhan bisnis JNE semakin baik, bahkan di atas rata-rata pertumbuhan industri. Industri sendiri bertumbuh hanya sebesar 10%–15%, namun bisnis JNE tumbuh hingga 20% tiap tahunnya. Sekarang, kami sudah memiliki jaringan lebih dari 1.500 titik di seluruh Indonesia, dari kota sampai kabupaten. Dari 1.500 titik, 1.000 titik di antaranya adalah konter yang berfungsi menerima kiriman.
Resep keberhasilan kami adalah tidak mau menunggu konsumen. Lebih baik, kami jemput bola. Kurir kami langsung menjemput barang ke rumah konsumen yang ingin mengirimkan barang. Hanya dengan menelepon, kurir kami pasti datang ke rumah untuk membantu mengirimkan barang.
Kami juga meningkatkan layanan pengiriman barang. Salah satunya dengan bekerjasama dengan perusahaan asuransi untuk memberikan perlindungan terhadap layanan pengiriman. JNE. Jadi, kalau ada barang hilang, kami bisa mengganti 10 kali lipat biaya pengiriman.

Kalau masih khawatir nilai barang tidak sesuai dengan nilai 10 kali pengiriman, kami juga menganjurkan konsumen untuk mengasuransikan barangnya. Kami berkomitmen untuk memberikan layanan yang terbaik.
Standar kami, kalau sampai perusahaan asuransi tidak membayar klaim sesuai hari yang ditentukan, kami bersedia menggantikan dengan membayar klaim konsumen. Bagi kami, barang sampai ke tujuan pelanggan adalah harga mati. Selain itu, sebanyak 170 titik jaringan kami juga sudah online. Ini juga memudahkan kami untuk mengawasi pengiriman barang.

Satu lagi layanan inovatif yang kami miliki adalah Pesona. Pesona adalah pesanan oleh-oleh Nusantara. Setiap orang bisa saling mengirimkan makanan khas daerah tertentu ke sanak keluarga di daerah lain.
Contohnya, kalau mau kasih oleh-oleh kerupuk bangka ke keluarga di Jakarta, tidak usah repot datang ke Bangka. Telepon kami, dan kami akan carikan toko kerupuk yang terkenal di Bangka dan segera kami kirimkan. Makanan apa saja bisa kami layani. Kami bahkan pernah mencoba mengirim es krim dari Jakarta ke Medan lewat JNE dan berhasil.
Meski umurnya baru beberapa bulan, minat masayarakat atas layanan Pesona luar biasa. Pertumbuhan bisnisnya mencapai 400% setiap bulannya. Rencananya, kami juga akan melayani jasa pengiriman lain seperti kerajinan dan obat-obatan.
Memberi layanan terbaik  
Bulan lalu, JNE melakukan beberapa inovasi.
Pertama, kami baru saja membuka bisnis baru, yakni trucking. Ini adalah layanan pengiriman barang-barang kebutuhan pokok. Untuk itu, kami baru saja membeli 10 truk tronton untuk mengangkut barang-barang kebutuhan pokok itu.
Satu truk membutuhkan biaya sebesar Rp 1 miliar. Seperti juga layanan lainnya, kami juga punya standar khusus, layanan trucking juga harus sama dengan jasa ekspres. Maka, kami melengkapi truk dengan GPS agar terpantau.
Kedua, kami juga baru saja menandatangani kerjasama dengan perusahaan pengiriman barang, UPS. Konsumen kami sekarang bisa mengirimkan barang ke luar negeri lewat UPS. Sebelumnya, kami hanya bisa menerima barang dari luar negeri. Kerjasama dengan UPS ini merupakan salah satu langkah untuk memperluas jaringan sampai dan ke luar negeri, selain tentu di dalam negeri.
Ketiga, kami berencana terjun ke bisnis surat-menyurat di bawah 500 gram. Sebelumnya, bisnis ini adalah monopoli PT Pos Indonesia. Pencabutan aturan monopoli ini membuka peluang bagi kami. Agar menarik, kami tentu harus punya konsep menarik yang berbeda dengan PT Pos. Saat ini kami menunggu aturan pemerintah yang mengatur soal bisnis ini.

Berbagai inovasi ini kami butuhkan karena ke depan, kami ingin menjadikan JNE sebagai gaya hidup. Karena, layanan kami memudahkan siapa saja, seperti internet yang bisa memberikan kemudahan akses jaringan ke siapa saja. Kami juga ingin menjadi trendsetter dan menjadi perusahaan dengan standar kelas dunia.
Langkah ini bisa kami tempuh bila syarat utama sukses dalam bisnis jasa, yakni customer satisfaction, tetap kami pegang. Jadi, layanan terbaik adalah harga mati. Karena itu, sangat wajar kalau kami harus punya SDM yang handal.
Kami terus berupaya memiliki SDM yang punya kecerdasan profesional, emosional, atau kecerdasan bersosialisasi, kecerdasan spiritual atau moral, serta memiliki kecerdasan fisikal atau tubuh yang sehat. Untuk itu, kami membentuk divisi yang bisa menciptakan SDM berkualitas.

Departemen HRD kami memiliki empat divisi, yakni intelektual, training, spiritual, dan fisikal. Divisi intelektual berhubungan dengan pekerjaan, sedangkan emosional melakukan kegiatan outbound serta memberikan training. Sementara, divisi spiritual mengatur kegiatan keagamaan seperti doa bersama satu minggu sekali, tergantung dari agama masing-masing. Adapun divisi fisikal berhubungan dengan aktivitas kebugaran badan karyawan.

Tak mudah menjadi pemimpin perusahaan jasa seperti JNE. Menawarkan layanan ke konsumen juga bukan hal mudah. Tapi, tentu kita tidak akan mau berkutat terus menerus dalam kesulitan. Setiap masa selalu ada tantangannya, tapi kita tetap harus maju menghadapi tantangan itu.

Sumber : Kontan online
Senin, 30 Agustus 2010 | 16:29






Komentar :
Menurut saya, melihat sebuah peluang usaha untuk mendirikan suatu usaha. Itulah relita yang dilakukan oleh pendiri JNE. Ia mencoba membaca era globalisasi untuk membangun layanan pengiriman keluar negeri. Saya sangat setuju mengenai persaingan yang bisa dihadapi dengan inovasi. Yaitu bisa ditunjukkan dengan dua perusahaan besar TIKI dan JNE. Walaupun mereka adalah sister company tetapi mereka bersaing untuk mendapatkan pasar domestik. Pembenahan di sektor layanan dan standarisasi misalnya. Dengan pembenahan dan pembaharuan tersebut perlahan tapi pasti JNE berkembang menjadi 20% dengan 1500 titik diseluruh Indonesia. Sistem jemput bola juga sangat bagus. Jadi, perusahaan tersebut seolah-olah tidak menunggu konsumen. Perusahaaan JNE aktif mencari konsumen ke daerah-daerah.
Sementara itu, kerjasama dengan perusahaan asuransi misalnya ini sangat membantu bilamana barang yang dikirimkan oleh kosumen hilang. Maka hal itu menjadi tanggung jawab JNE. Dengan adanya asuransi tersebut JNE sangatlah terbantu. Sehingga pelayanan akan lebih baik. Tetapi dengan adanya asuransi itu si perusahaan JNE sebaiknya juga memberikan layanan pengiriman terbaik agar proses pengiriman itu lancar sampai tujuan. Jadi prinsip kepuasan konsumenlah yang perlu JNE terapkan juga. Saya juga sangat setuju mengenai 170 titik cabang JNE yang sudah online. Sehingga barang-barang kiriman tersebut mudah dikelola jalannya. Tetapi seiring berkembangnya pelayanan pengiriman barang, seharusnya JNE menambah titik cabang lagi yang bersistem online. Agar aliran pengirimannya semakin mudah mengelola dan mengawasi barang kiriman.
Tidak menutup kemungkinan, perusahaan JNE tersebut semakin berkembang dengan adanya paket kiriman Pesona. Sehingga kita tidak perlu repot lagi harus datang ke daerah yang dituju untuk mencari makanan khas. Hal tersebut menurut saya sangat efektif, efisien serta potensial sekali untuk dijalankan karena minat masyarakat terhadap program Pesona (pesanan oleh-oleh nusantara) ini sangat tinggi.
Dalam tulisan diatas menyebutkan bahwa JNE bekerjasama dengan UPS dalam hal pengiriman barang keluar negeri. Hal ini sah-sah saja karena dapat memperluas pangsa pasar. Konsumen tidak perlu repot lagi memilih jasa pengiriman. JNE harus dijadikan sebagai wadah untuk mempermudah kegiatan.
Didalam suatu perusahaan berpengaruh juga mengenai sumber daya manusia yang kompeten dan profesional. Sehingga dari sikap ini akan tumbuh suatu perusahaan yang mana nantinya akan tumbuh dengan solid. Seperti yang dilakukan JNE sendiri. Mereka mendidik Sumber Daya Manusianya begitu hebat. Kelak sumber daya yang terdidik dan terlatih akan menjadi aset tersendiri dalam perusahaan tersebut.
Pada pernyataan terakhir menyebutkan bahwa tidak mudah menjadi pemimpin JNE. Hal ini menurut saya memang benar adanya. Sebuah perusahaan pasti memiliki tantangan yang besar. Mengingat perusahaan tersebut tidak berdiri sendiri. Dalam arti masih ada persaingan diantara mereka. Persaingan perang tarif, perang layanan demi mendapatkan konsumen. Solusinya adalah belajar dari perusahaan lain yang telah sukses. Jangan terlalu lama berkutat pada kesulitan. Sekarang bagaimana kerjasama antara pemimpin dan pekerja-pekerja perusahaan yang konsekuen menghadapi masalah dan tantangan tersebut.

  

No comments:

Post a Comment