Halaman

Monday 28 March 2011

Modal Investasi Murah, Imbal Hasilnya Meriah



Muhammad Zaenuddin
299068

JAKARTA. Kemunculan beragam produk investasi memudahkan cara beternak uang. Simak saja produk investasi reksadana. Produk ini memang baru mengetop di Indonesia awal tahun 2000. Tapi, sekarang, peminatnya sungguh luar biasa.
Berdasarkan data Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK), sampai dengan April 2010, nilai aktiva bersih atau aset reksadana di Indonesia telah mencapai Rp 118,22 triliun, tertinggi sepanjang sejarah. Tingginya minat masyarakat berinvestasi di reksadana ini sesungguhnya amat wajar. Selain proses makin mudah, batas minimal berinvestasi juga terjangkau kebanyakan orang.
Kenapa berinvestasi di reksadana murah? Reksadana merupakan instrumen yang dipakai manajer investasi untuk mengumpulkan dana masyarakat. Dengan kata lain, setiap investor tidak harus menyetorkan dana yang besar. Kumpulan dana itu lantas diinvestasikan ke berbagai produk investasi, seperti saham, obligasi, instrumen pasar uang, atau kombinasi dari berbagai produk investasi.
Jadi, reksadana memungkinkan investor untuk menempatkan dana di berbagai instrumen investasi. Ini membuat risiko investasi menjadi berkurang. Inkawan D. Jusi, Senior Vice President Wealth Management Group Bank Mandiri, menjelaskan, periode waktu investasi reksadana juga bisa disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan investasi dari tiap investor.
Berdasarkan portofolio investasinya, saat ini terdapat lima pilihan jenis reksadana.
Reksadana Pasar Uang
Dalam reksadana ini, dana investor diputar di berbagai efek pasar uang, mulai dari deposito, Sertifikat Bank Indonesia, hingga obligasi berjangka pendek. Tingkat risiko reksadana ini relatif rendah, mengimbangi imbal hasil yang hanya sekitar 7%–8% per tahun.
Dengan profil risiko seperti itu, Inkawan menyebut, reksadana jenis ini cocok untuk investasi jangka pendek. Investor yang menyimpan dana di instrumen ini tidak akan dikenai biaya pembelian dan penjualan kembali. Berbeda dengan reksadana lain, nilai aktiva bersih (NAB) reksadana pasar uang ini tetap, yakni Rp 1.000 per unit penyertaan.

Reksadana Pendapatan Tetap
Pada produk ini, sekitar 80% dana ditempatkan di efek utang jangka panjang. Beberapa manajer investasi juga memutar sebagian uangnya di saham. Maka, potensi risiko dan return reksadana ini lebih besar daripada tabungan, deposito, atau reksadana pasar uang.
Tahun lalu, beberapa produk pendapatan tetap bisa memberikan imbal hasil 20%. Hal itu terjadi berkat kenaikan harga obligasi dan saham di bursa. Produk ini cocok untuk investasi jangka menengah, atau kurang dari lima tahun. Yang menarik, beberapa reksadana membagikan keuntungan berupa dividen secara berkala.
Reksadana Saham
Inilah produk reksadana yang memiliki risiko paling tinggi. Soalnya, mayoritas dana investor diinvestasikan di saham. Sesuai dengan hukum besi investasi, high risk high return, produk reksadana ini memberikan imbal hasil paling tinggi dibanding dengan yang lain.
Di tahun 2009, beberapa reksadana saham mencetak imbal hasil lebih dari 100%. Contohnya reksadana Panin Dana Maksima yang memberi return hingga 160%, Panin Dana Prima (158%), Fortis Ekuitas (123%), dan return Batavia Dana Saham Agro sebanyak 133%.
Inkawan menilai, reksadana saham pas untuk mereka yang memiliki tujuan investasi berjangka panjang.
Reksadana Campuran
Pada reksadana ini, manajer investasi akan mengombinasikan penempatan dananya di saham dan pasar uang. Oleh karena itu, risiko dan imbal hasil reksadana campuran lebih rendah ketimbang reksadana saham. Tapi, jika dibandingkan dengan reksadana pasar uang atau reksadana pendapatan tetap, reksadana campuran menawarkan return lebih tinggi.
Produk campuran layak dipilih ketika bursa saham sudah mengalami titik jenuh beli dan harga saham sudah naik kelewat tinggi. Melalui penempatan di reksadana ini, risiko investor menipis. Sebab, ketika harga saham sudah kemahalan, manajer investasi biasanya mengalihkan sebagian dana ke instrumen surat utang yang harganya relatif lebih stabil.
Oh, ya, rata-rata imbal hasil reksadana campuran sekitar 20%–30% setahun.
\Reksadana Terproteksi
Produk ini baru muncul di tahun 2006 menyusul keruntuhan industri reksadana di tahun 2005. Kenaikan harga bahan bakar saat itu menjatuhkan NAB reksadana, khususnya jenis pendapatan tetap. Kebanyakan investor lantas panik, dan mencairkan reksadananya (redemption). Imbasnya, aset reksadana yang sudah mencapai Rp 110 triliun, di awal 2005 itu, menyusut tersisa Rp 26 triliun.
Untuk mengatasi trauma itu, muncullah reksadana terproteksi. Reksadana yang nongol terakhir ini kini justru memiliki peminat terbanyak. Maklum, dana pokok investor dijamin tidak hilang, meski NAB reksadana jenis ini negatif. Beberapa manajer investasi bahkan menawarkan proteksi imbal hasil.
Sebagai ilustrasi, Anda menginvestasikan uang Rp 20 juta. Sampai reksadana itu bisa dicairkan, duit itu tetap utuh. Bila produk itu memberikan hasil, maka investor akan mendapat return. Tapi, jika manajer investasi gagal meningkatkan NAB, Anda hanya mendapatkan pokok investasi itu.
Itu sebabnya, reksadana terproteksi kerap diperbandingkan dengan deposito. Sebagian besar dana investor di reksadana terproteksi diinvestasikan pada instrumen obligasi tanpa bunga (zero coupon bond).
Sumber : Kontan (Online)

Kamis, 16 September 2010 | 00:11
  
Komentar :
Menurut saya, saya setuju adanya reksa dana merupakan produk investasi murah yang hasilnya melimpah. Itu memang benar adanya karena investor tidak diminta dana yang besar. Reksadana ini adalah sebuah produk turunan. Dalam arti reksadana ini mewakili efek atau surat berharga yang dibeli oleh PT reksadana sebagai pendukung atau jaminannya. Sertifikat dana adalah jenis sertifikat atas tunjuk yang didukung oleh portepel berasal dari sebagian kekayaan reksadana yang dipisahkan dari saham, obligasi, dan surat berharga pasar uang dimana pengelolanya portepelnya dilakukan oleh reksadana selaku pengelola dana. Ini adalah hal yang sangat potensial karena dalam reksa dana ini minim risko dan potensial karena rentang waktu tersebut dapat disesuaikan.   
Dalam tulisan diatas menyebutkan reksadana dibagi menjadi lima jenis. Kita harus melihat dahulu mana yang cocok dengan tujuan kita. Mana yang sedikit lebih potensial dan minim risiko. Saya sarankan kepada anda jika anda berinvestasi dengan model ibu-ibu, anda bisa melakukan investasi reksa dana proteksi. Alasannya karena didalamnya terdapat perlindungan uang investasi. Sehingga bilamana perusahaan tersebut tidak bisa memberikan return kepada anda. Anda tetap mendapatkan pokok investasi yang pada awal, anda berikan.
Lain halnya dengan produk yang sangat potensial tetapi memiliki efek risiko yang tinggi. Yaitu reksa dana saham. Menurut saya, Ini mempunyai return yang sangat tinggi dibanding produk reksa dana yang lain. Tetapi pada akhir-akhir ini reksa dana saham memberikan kontribusi return yang sangat besar. Misalnya saja Panin Dana Maksima yang memberi return hingga 160%, Panin Dana Prima (158%), Fortis Ekuitas (123%), dan return Batavia Dana Saham Agro sebanyak 133%. Ini menunjukkan return yang fantastis buka. Mengingat semua return diatas 100%. Selain itu, reksa dana ini sangat cocok bagi para investor yang memiliki tujuan jangka panjang.
Sekarang tinggal kita memilih yang mana produk reksa dana yang cocok bagi kita. Mengingat disana ada banyak produk reksa dana yang ditawarkan kepada anda.
Dan terakhir, pernyataan diatas mengenai tingginya minat masyarakat berinvestasi di reksadana ini sesungguhnya memang amat wajar. Selain proses makin mudah, batas minimal berinvestasi juga terjangkau kebanyakan orang. Tidak menutup kemungkinan produk reksa dana ini memberikan kontribusi sebesar Rp. 118, 22 T (Sumber Bapepam LK)















No comments:

Post a Comment