Halaman

Wednesday 25 December 2013

Citra dan Status di Sosial Media dari sudut pandang Teori Kebutuhan Maslow [Oleh : M Zaenuddin]


     Maslow menyusun teori motivasi manusia, dimana variasi kebutuhan manusia dipandang tersusun dalam bentuk hirarki atau berjenjang. Setiap jenjang kebutuhan dapat dipenuhi hanya jenjang sebelumnya telah (relatif) terpuaskan (tabel.1) menyajikan secara ringkas empat jenjang basic need atau deviciency need, dan satu jenjang metaneeds atau growth needs.
       Jenjang motivasi bersifat mengikat, maksudnya; kebutuhan pada tingkat yang lebih rendah harus relatif terpuaskan sebelum orang menyadari atau dimotivasi oleh kebutuhan yang jenjangnya lebih tinggi. Jadi kebutuhan fisiologis harus terpuaskan lebih dahulu sebelum muncul kebutuhan rasa aman. Sesudah kebutuhan fisiologis harus terpuaskan lebih dahulu sebelum muncul kebutuhan rasa aman.
       Sesudah kebutuhan fisiologis dan rasa aman terpuaskan, baru muncul kebutuhan kasih sayang, begitu seterusnya sampai kebutuhan dasar terpuaskan baru akan muncul kebutuhan meta.

Inti dari teori kebutuhan manusia menurut Abraham Maslow adalah adanya kebutuhan manusia yang tertinggi adalah Aktualisasi diri yang sayangnya belum semua orang berani dan dapat mewujudkannya. Maka dari itu, adanya Aktualisasi diri oleh Maslow dimasukkan pada tingkat paling atas yang memiliki luas terkecil daripada tingkat dibawahnya







Consumo Ergo Sum [Oleh : Rocky Gerung] .


Tulisan ini adalah bentuk apreasiasi saya terhadap pandangan pak Rocky Gerung mengenai bagaimana kondisi kelas menegah yang sebenarnya. Saya pernah baca tulisan ini di web www.srimulyani.net tetapi sayang sekali situs tersebut  suspendend, maka saya coba tampilkan pada blog.  Memang kenyataan apa yang terjadi belakangan ini telah tertulis dalam untaian kata oleh pak Rocky. Benang merahnya dalam tulisan ini bisa dikatakan sebagai "I shop, therefore I am"





Consumo Ergo Sum

Oleh: Rocky Gerung
Pengajar di Filsafat UI

Sebuah kelompok arisan di Jakarta, patungan membeli Hermes, tas tangan Perancis berharga seratusan juta. Lalu, setiap  anggota bergilir memakainya. Seorang politisi muda mondar-mandir di lounge sebuah hotel, berbalut Hugo Boss, jas mahal Jerman. Tapi, dengan merek yang masih menempel di lengannya.
Citra, status dan konsumsi, adalah produk kebudayaan massa. Ia menggoda selera, lalu memicu hasrat conspicuous consumption. Tapi suatu godaan aristokratik yang hendak dipuaskan secara instan,  sering hanya menghasilkan kegagapan sosial, plus kelucuan budaya.

Kelas Menengah? Inilah ‘kelas’ yang sangat menjengkelkan para pembaca Marx. Yaitu kelas yang sekedar tumbuh  menempel pada tubuh kapitalisme, tetapi tanpa kehendak “investasi”, juga tanpa keinginan “revolusi”. Rasa aman adalah ideologi resmi kelas ini. Revolusi terlalu berbahaya, investasi terlalu berisiko.  Itulah sebabnya, bagi para penggiat politik radikal, kelas menengah adalah penghalang perubahan. Ia berada di tengah, dan persis dalam posisi itu ia meredam kemestian antagonisme kelas atas vs kelas pekerja

Tentu, determinisme sosiologi ini tidak lagi cukup untuk menerangkan pluralisasi bentuk-bentuk kapital pasca-moderen, terutama karena sifat kapital yang makin finansial, yang bahkan menghasilkan produk-produk derivatif yang menumbuhkan pasar  spekulasi. Praktek kapitalisme finansial itulah yang kini mengguncang ekonomi dunia. Perubahan watak kapitalisme itu memudarkan sinyal kontradiksi kelas, dan mengalihkan enersi kontradiksi ke dalam ruang-ruang negosiasi bisnis dan politik.

Hari-hari ini, pertemuan pikiran dunia sedang berupaya memahami hakekat krisis ekonomi global dan akibat-akibatnya bagi stabilitas politik dunia.  Kajian akademis dan pengalaman politik satu dasawarsa ini mulai mengakui kesalahan-kesalahan sistemik ekonomi global. Bahwa model kapitalisme yang dioperasikan secara spekulatif itu telah mengabaikan hal yang paling mendasar: ekonomi adalah pertukaran nyata, bukan transaksi tanpa jejak. Kehendak untuk mengaitkan ulang ekonomi dan kesosialan manusia, memperoleh momentum dalam krisis keuangan dunia sekarang ini. Kesadaran itulah yang kini mempertemukan “negara” dan “bisnis” di Davos dan Wall Street, dalam upaya mencari revisi political-economy, dengan tema etika keadilan yang menonjol.

Friday 20 December 2013

Entrepreneurial Capacity of Pottery Traditional Craftsmen in Kasongan






A.                 Profil Kasongan (demographic profile)
Kasongan telah menunjukkan kontribusi penting bagi perekonomian Kabupaten Bantul, khususnya dalam sentra kerajinan gerabah, yang menghasilkan ratusan bahkan ribuan keramik dengan berbagai jenis, bentuk dan ukuran. Dimotori oleh lebih dari 300 pengrajin,yang menyerap seribu lebih tenaga kerja membuat sentra kerajinan ini mampu menembus pasar gerabah internasional.
Showroom yang berjajar rapi di kanan-kiri jalan, dipadukan dengan workshop para pengrajin, dimana kita dapat ikut langsung membuat keramik, dan festival seni Kasongan yang rutin diadakan setiap tahunnya, membuat Kasongan menjadi sebuah wisata kerajinan yang berkesan bagi siapapun yang mengunjunginya.

B Location

Nama UKM         : Sentra Kerajinan Gerabah Kasongan

Produk                 : Keramik (guci, air mancur, loro blonyo, patung buddha, terra cotta,dll)

Lokasi               : Kasongan (Dusun Kajen, Tirto, Gedongan dan sekitarnya)

Desa Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul D.I.Yogyakarta

Contact               : Desa Bangunjiwo                           : (0274)413340

UPT Koperasi Setya Bawana      :  (0274)370549 // HP       : 085729498790



B.     Unit Produksi (Classification of Pottery Craftsmen in Kasongan)
.
Yang pertama adalah unit produksi yang memang dimiliki oleh pengusaha toko. Sedangkan yang kedua adalah unit produksi independen yang menyetor produknya ke toko-toko di Kasongan. Tipe yang kedua ini dapat juga berupa subkontrak yang menerima pesanan dari toko

C.    Produk (Product innovation, technology and production process)

Produk Unggulan

Hasil kerajinan gerabah Kasongan pada umumnya adalah guci, pot /vas, patung loro blonyo, air mancur, wuwung, dan produk-produk keramik lainnya. Khusus untuk guci, kita dapat menemukan banyak bentuk & varian guci di Kasongan. Karena guci merupakan salah satu jenis keramik yang kerap diburu para wisatawan. Selain karena ukurannya yang beragam.
Produk lain
Kasongan tidak hanya memproduksi guci. Masih banyak produk-produk lain dari keramik yang pamerkan Kasongan. Yang banyak ditemui adalah patung. Patung punokawan seperti Semar, Bagong dan lainnya, lalu ada patung dua pengantin jawa, yang dikenal dengan nama ‘loro blonyo’, patung buddha, serta masih banyak lagi bentuk-bentuk patung yang pastinya menarik untuk dijadikan hiasan rumah. Selain patung, Kasongan juga banyak memproduksi wuwung. Wuwung adalah semacam genteng, yang terletak di bagian tertinggi suatu atap rumah. Jika biasanya penampilan wuwung tak begitu menarik, hanya seperti genteng biasa, di Kasongan lain halnya

D.    Pemasaran (Scope of marketing and communications)
Tidak dapat diragukan lagi, keramik Kasongan telah dikenal oleh banyak orang di berbagai tempat di nusantara dan di belahan dunia yang lain. Produk-produk nya telah di ekspor ke Eropa, Asia dan Amerika. Di Indonesia sendiri, Kasongan merupakan salah satu pemasok kebutuhan gerabah & keramik penduduknya.
Calon pembeli sebagian besar memilih untuk datang langsung ke Kasongan. Setiap harinya, tidak kurang dari 50 orang yang berkunjung ke Kasongan. Jumlah tersebut akan bertambah banyak ketika akhir pekan dan hari libur. Biasanya, mereka datang secara rombongan, dengan menggunakan mobil pribadi maupun bus.
Di Kasongan juga terdapat sebuah kantor yang juga merangkap sebagai showroom dari UPT (Unit Pelayanan Teknis) Bernama Koperasi Setya Bawana (Kopinkra Seni Kerajinan Keramik Kasongan). Koperasi yang terletak satu kompleks dengan hotel Edotel ini dikelola dibawah naungan Dinas Perindagkop Kabupaten Bantul.